Sunday 23 April 2017

Simpopart 1

Simposium Kawasan PPI Timur Tengah dan Afrika April ini dihelat di Madinah, tepatnya di hotel Movenpick, Madinah. Simposium ini dihadiri oleh sekitar 200 mahasiswa Indonesia di Timteng Afrika, termasuk delegasi BEM Indonesia. Mm sebenernya simposium ini merupakan simposium yang pertama kali setelah tiga tahun vakum. Dalam artian, ada geliat dan semangat baru bahwa mungkin perlu diadakan agenda besar tersebut. Mungkin, tidak begitu mendesak, hanya memang sedikit perlu.

Tanggal satu dini hari, kita delegasi PPMI Mesir yang berjumlah 13 orang berangkat menuju bandara. Bandara Kairo tentunya, bukan Soetta, hehe. Berangkat malam hari, saya sendiri dianter anak rumah dua orang, baik banget kan, mau ke Asyir malem-malem hanya untuk melepas saya, cie. Alhamdulillah, setelah pamitan dengan senior di KSW, saat itu beliau tengah jadi moderator Launching dan Bedah Cerpen Manual Menjumpai Mati, punyanya Akar. Humm, karena saya punya dorongan untuk pamit, saya pamitan deh. Abis itu dianter ke Konsuler, titik kumpul kita (bukan titik evaluasi). Akhirnya, setelah nunggu beberapa jam, akhirnya coaster kita meluncur ke bandara. Alhamdulillah lancar, abis tu terbang ke sana, biasa.. saya ngga bisa melewatkan temaram lampu jalan dari ketinggian. Romantis, hehe. Iya, saya selalu suka itu. Sebagaimana saya suka nulis ini, emm sebenernya belum ada mood yang bagus untuk nulis, tapi saya harus menuliskan. Buat kenang-kenangan, meski selalunya tak jelas, mbulet kayak orangnya.

Sampailah di Madinah, alhamdulillah. Oiya, perjalanan tadi, Kairo-Madinah kurang lebih dua jam. Abis itu kita turun, paspor segala macem dicek, dipoto juga (jangan ge-er, bukan  karena Anda artis, tapi untuk keamanan agar foto dan sisik jari eh sidik jari deng, dan nomor paspor semuanya sesuai). Ketat sekali, pikirku. Lumayan lah, udah ada proses yang paling engga bisa menjamin keakuratan data demi keamanan negara. Keluar bandara, kita dijemput senior Universitas Madinah, panitia pastinya. sampai di sana subuh, kita shalat di jalan, eh maksudnya di masjid dalam perjalanan, wkwk. Abis tu ke penginapan sebentar, karena hotel yang udah dibooking kita selama di sana lagi penuh untuk sehari itu. Kenapa? Karena waktu itu Madinah lagi ada libur nasional, lupa kenapa tapi. Mm intinya, eh iya setengah hari aja deng, abis tu kita pindah ke hotel Anwar Zahra', deket masjid Nabawi alhamdulillah. Terus city tour, napak tilas sejarah yang dulu hanya saya baca di buku-buku SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Pelajaran sejarah yang paling ngga saya suka. Iya, bayangin aja, dari kelas empat MI, saya jadi sekretaris kelas terus. Dan lagu wajibnya sekretaris kan nulis ya, jadi saya selalu nulis di papan tulis, sam'an wa thaa'atan sama pak guru. Lantas di kelas lima, pelajaran itu dipegang mbak saya sendiri. Tetep sama, ngga suka. Dia nakal pol sama saya kalo di rumah, tapi di sekolah, hehe, mendadak berubah. Pencitraan, yeah. Intinya, saya disukai guru, karena manut, dua jam pelajaran nulis terus (jangan dibayangin). Papan tulis dibagi dua atau tiga. Dihapus berkali-kali. Dan sebelum menghapus tulisan papan sebelah, saya harus pamitan sama temen sekelas, "Sing kie wis rampung apa urung?" (Seperti inilah ngapak pada hakikatnya, ngoko karena temen sebaya. He) Jawabnya mereka (sambil kepala liat buku-papan tulis-buku-papan tulis, dan tangan yang ngga diem, nulis terus, sampe tulisannya naik gunung padahal bukunya bergaris) "Aja aja, heh urung rampung!" dengan nada sedikit kesel. Karena saya nulisnya cepet, dan mereka belum begitu suka nulis sebanyak itu, kala itu. Yah, saya nulisnya naik bangku (karena saya pendek), jadi kalo mau pindah papan, ya geret-geret bangku. Ngga jarang juga saya dilempari remetan kertas, karena terus nulis, sampe dijuluki "bocah ga duwe udel." Haha, ya Allah.

Alhamdulillah, napak tilas, paling ngga kita harus menumbuhkan penghayatan dan upaya menyelami, membayangkan apa yang terjadi di situ, kala itu. Masjid Quba, masjid Ali, masjid Khandaq, gunung Uhud, dan lain sebagainya. Humm, semoga kita bisa mengambil pelajaran untuk hidup yang lebih berperadaban.

Bersambung setelah ujian, insya Allah.
*sebenernya masih pengen nulis, cuma barusan temen sekamar (kita di kamar belakang berempat, ada saya, Undul, mba Zah, mba Pat, lagi belajar, kecuali saya). Ada yang tanya sama yang lagi serius banget buka buku, sampe dahi berkerut gitu kan (bayangin sendiri), "Serius banget sih, Mbak." Dia sambil siap-siap mau ke hamam. Ssst jangan tanya siap-siapnya gimana, pokoknya gitu. Terus mbak yang lagi serius ini jawab, "Kari ngitung dino e.." (Tinggal ngitung hari ee), tambah gathuk alisnya, haha. Seketika kalimat barusan terasa nylantap (pokoknya nylantap, bahasa ngapak, hanya Cilacap Majenana yang tau artinya. Iku dibahasakan untuk babon (induk ayam) yang lagi mengerami, njuk kita mendekat, wo.. disantlap nanti) saya. Hmm saya putuskan untuk mencukupkan tulisan saya, semoga setelah ujian saya inget masih ada utang nulis. He.
Oiya, mohon doanya, Kawan.. siapapun yang baca tulisan ini, doakan semoga ujian kami lancar, diberi kekuatan untuk belajar maksimal, sehingga kami pantas menerima taufik yang dawam, dan tafawwuq yang barakah.
Terimakasih, semoga doa yang Teman-teman panjatkan untuk saya, untuk kami, diijabah dan panjenengan mendapatkan apa yang menjadi doa panjenengan semua.

*Bakda nunut majlis peringatan Isra' Mi'raj di masjid al-Azhar, alhamdulillah. Bahagia sekali rasanya bisa turut hadir, liat syekh Muhanna (merasa paling klop sama beliau, mungkin ada beberapa sifat dan kesamaan yang ternyata satu interest, hehe), ada Dr. Hasan Utsman (favorit, karena beliau dosen Nahu Saraf di kampus), terus Dr. Fathi Hijazi (Halus juga, saya suka. Beliau udah sepuh, banyak hikmah dari setiap majlis beliau. Pakar bahasa juga, mm pokoknya selalu suka sama dosen-dosen bahasa, sebuah kesyukuran sendiri, saya dikasi rasa cinta sama bahasa Arab. Moga-moga cinta ini (bukan yang itu) mengatarkan saya menjadi seperti mereka, ahli bahasa), terus ada syekh Azhari dari Syam, tapi ngga tau namanya, pokok tau saat dulu ada daurah di markaz. Terus ada syekh Ma'bad, nah ini. Beliau ahli Hadits Azhari, sore tadi rawuh bersama putranya yang membacakan Tsulatsiyyat yang terakhir. Tersu, eh terus (typo terus maap) ada banyak Azharian Mashriy yang turut ikut juga, mbak-mbak, ibu-ibu, dan anak kecil. Weeh iya, ada putranya Dr. Muhanna juga, yang ganteng pol. Masih kecil, suka pegang kamera. Tadi pake kaos kuning, wee ngefans saya, sampe hafal bajunya. Haha.

Semoga keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan senantiasa menyertai kita, guru-guru kita, keluarga kita, dan orang-orang yang kita cintai, sekalian. Semoga.

Salam. Jangan lupa doanya, Kawan. :)
Darrasa, Ahad, 23/4/17, pukul 11.14 PM, di depan kipas angin. Sayup-sayup terdengar lagu Sameh-nya Maher Zain dari hape si Undul.

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...