Selama
hampir dua tahun hidup di Mesir, rasanya ada banyak hal yang—semestinya—membuat
aku berpikir; berpandangan jauh ke depan dan berkemajuan.
Hari
berganti hari, terus bergulir mengantarkan pada minggu yang berlalu menjadi
bulan, tahun, lalu bertahun-tahun, dan pasti akan berakhir; kembali ke Tanah
Air. Disadari atau tidak, keberadaan sesorang di suatu tempat merupakan sebuah
petunjuk. Entah dimaknai sebagai sebuah “hidayah” maupun sebuah inspirasi untuk
bermimpi menjelajahi pojok bumi lainnya.
Sebuah
hidayah, tentunya ia dipahami sebagai sebuah hubungan yang selalu terkait pada
poros antara hamba dan Sang Pencipta. Ketika kesadaran bahwa “jalannya” kita ke
suatu tempat merupakan sebuah nikmat, maka akan tumbuh rasa terima kasih yang
semestinya diaktualisasikan dalam laku keseharian. Ketika seseorang memahami
bahwa ia tidak akan selamanya berada di tempat itu, maka seyogianya ada
keinginan yang kuat untuk memaksimalkan sependek apapun waktu yang ada. Misal,
kita mengunjungi sebuah wahana wisata, atau sebuah situs sejarah dalam study
tour, atau rihlah, jalan-jalan dan semacamnya. Tentu kita akan cepat-cepat
mengambil momen, mengambil gambar dengan pose terbaik dan terindah sebagai
bukti bahwa kita pernah ke sana. Ketika foto jelek, biasanya akan kembali
berfoto sampai gambar yang diinginkan terwujud. Tentu ngga puas jika
foto yang dihasilkan ngga sebaik yang diinginkan, tho?
Sebuah
rasa syukur, amat disayangkan ketika ia dipahami sebagai sebuah ungkapan—alhamdulillah.
Syukur ialah sebuah aktualisasi laku dan interpretasi hati yang selalu tertuju
bahwa “saya harus melakukan dengan baik.”
Sebuah
inspirasi, karena ketika kita menginjak satu belahan bumi, secara alami kita
akan terdorong untuk menjelajahi belahan bumi lainnya. Bahkan ketika itu hanya
selintas harapan yang lewat begitu saja dalam pikiran. Sebuah karunia terbesar,
tak terhingga, bahwa kita ialah hamba Yang Maha Kuasa. Makna yang terindah yang
niscaya dirasakan setiap insan ialah, ketika ia berharap, dan harapan itu nyata
dikabulkan. Ya, karena ia berharap pada Yang Maha Mewujudkan Harapan.
Ketika
lisan terus meminta, ketahuilah bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaan itu. Pasti.
متى أطلق لسانك بالطلب، فاعلم أن الله يريد أن
يعطيك. (ابن عطاء الله السكندري)
Siang hari Ramadan, Jumat 9 Juni 2017*
Ramadan ke13, hari ke-13 pula aku ditinggal pergi temen kecilku, Oppo A37f
Ramadan ke13, hari ke-13 pula aku ditinggal pergi temen kecilku, Oppo A37f