Friday 9 June 2017

Kata Kecilku



Selama hampir dua tahun hidup di Mesir, rasanya ada banyak hal yang—semestinya—membuat aku berpikir; berpandangan jauh ke depan dan berkemajuan. 

Hari berganti hari, terus bergulir mengantarkan pada minggu yang berlalu menjadi bulan, tahun, lalu bertahun-tahun, dan pasti akan berakhir; kembali ke Tanah Air. Disadari atau tidak, keberadaan sesorang di suatu tempat merupakan sebuah petunjuk. Entah dimaknai sebagai sebuah “hidayah” maupun sebuah inspirasi untuk bermimpi menjelajahi pojok bumi lainnya. 


Sebuah hidayah, tentunya ia dipahami sebagai sebuah hubungan yang selalu terkait pada poros antara hamba dan Sang Pencipta. Ketika kesadaran bahwa “jalannya” kita ke suatu tempat merupakan sebuah nikmat, maka akan tumbuh rasa terima kasih yang semestinya diaktualisasikan dalam laku keseharian. Ketika seseorang memahami bahwa ia tidak akan selamanya berada di tempat itu, maka seyogianya ada keinginan yang kuat untuk memaksimalkan sependek apapun waktu yang ada. Misal, kita mengunjungi sebuah wahana wisata, atau sebuah situs sejarah dalam study tour, atau rihlah, jalan-jalan dan semacamnya. Tentu kita akan cepat-cepat mengambil momen, mengambil gambar dengan pose terbaik dan terindah sebagai bukti bahwa kita pernah ke sana. Ketika foto jelek, biasanya akan kembali berfoto sampai gambar yang diinginkan terwujud. Tentu ngga puas jika foto yang dihasilkan ngga sebaik yang diinginkan, tho

Sebuah rasa syukur, amat disayangkan ketika ia dipahami sebagai sebuah ungkapan—alhamdulillah. Syukur ialah sebuah aktualisasi laku dan interpretasi hati yang selalu tertuju bahwa “saya harus melakukan dengan baik.”  

Sebuah inspirasi, karena ketika kita menginjak satu belahan bumi, secara alami kita akan terdorong untuk menjelajahi belahan bumi lainnya. Bahkan ketika itu hanya selintas harapan yang lewat begitu saja dalam pikiran. Sebuah karunia terbesar, tak terhingga, bahwa kita ialah hamba Yang Maha Kuasa. Makna yang terindah yang niscaya dirasakan setiap insan ialah, ketika ia berharap, dan harapan itu nyata dikabulkan. Ya, karena ia berharap pada Yang Maha Mewujudkan Harapan. 

Pintalah.
Ketika lisan terus meminta, ketahuilah bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaan itu. Pasti. 

 متى أطلق لسانك بالطلب، فاعلم أن الله يريد أن يعطيك. (ابن عطاء الله السكندري)

Siang hari Ramadan, Jumat 9 Juni 2017*
Ramadan ke13, hari ke-13 pula aku ditinggal pergi temen kecilku, Oppo A37f

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...