Semalam, saya ditanya oleh Kautsar,
teman Turki yang pernah saya ceritakan itu. Besok Jumat kosong tidak?
Tidak, jawabku. Ada acara kah? Iya. Jam berapa? Bakda Jumatan hingga
waktu isya. Dia masih saja mengetik, terus menanyaiku kapan ada waktu
luang, ia ingin bertemu.
Ia
memintaku untuk datang ke rumahnya, di Hayy Sabi', pukul 10 waktu
Kairo. Awalnya daku mengiyakan, namun tetap saja, sampai di sana pukul
11.30an. Hehe. Sesampainya di minimarket Misr dan Sudan saya menelepon.
Menanyakan posisi ia di mana. Ia memberikan arahan untukku berjalan,
lurus terus, terus, aku melihatmu, katanya. Terus, ia terus melihatku
dari balik jendela flat. Sambil kupegang telepon di telinga kanan,
mataku mencari-cari di jendela mana kiranya ia berdiri. Akhirnya saya
melihatnya, dan kututup telepon dengan info baru: gedung 13 flat 3/7.
Sesampainya di depan gerbag pintu, saya agak kawatir, ini bukan
pintunya. Sebab, dilihat dari jenis gerbang, ini pasti flat yang cukup
keren. Saya ragu, hingga ada seorang paman yang menanyaiku, 'Mau ke
temen mahasiswa?' dengan logat Mesirnya. 'Iya', jawabku. Ini, yang ini
pintunya. Kebetulan, sebelum kupencet bel, ada paman lain yang hendak
keluar, langsung saya masuk setelah salam.
Ada
di lantai 3, flat 7. Saya pencet bel, dan dibuka oleh Kautsar beberapa
saat kemudian. Kami berpelukan erat, layaknya sahabat bertahun tak
bersua. Saya langsung dipersilakan duduk, diambilkan minum dan langsung
dihidangkan menu. Sepertinya, mereka rela menunggu sarapan jamak ta'khir
(plus makan siang) gegara menungguiku. Hehe.
Menunya, ada teh Turki, semacam syatthah
kalo di Mesir tapi ini khas Turki juga. Pancake madu, keju, roti isy,
acar dan air putih. Mereka berenam, saya hanya memutar mata mengikuti
gerak mereka menyiapkan itu semua. Mereka ramah.
karena enggak sempat ambil foto, ini saya ambil dari Google, hehe. |
Hidangan
lesehan itu sederhana, tapi bersahaja. Seperti di film Ertugrul gitu,
kitanya melingkar. Menunya di tengah. Makannya sedikit, hehe. Tersu,
mereka kalem, enggak ada gelak tawa seperti kita di rumah biasanya.
Ohya, piringnya imut-imut, isinya pun beberapa sendok saja. Tersu, gelas
tehnya, persis kek di foto di atas. Teh Turki.. Mereka enggak begitu
suka kopi. Meski beberapa menit saja di ruangan itu, saya pulang dengan
banyak pertanyan, jawaban, tanggapan dan kesan terhadap apa yang saya
lihat tadi di sana. Kebersihan, kebersamaa, keindahan, kedisiplinan dan
tanggung jawab, ternyata seindah itu. Kita hanya akan menyadari ketika
kita dihadapkan dengan perspektif yang lain. Dari sini, jika naluri
kesadaran masih cukup asali, kita akan refleks membandingkan dengan
ihwal kehidupan keseharian kita, untuk kemudian diperbaiki, biasanya.
Ada
enam mahasiswi yang tinggal di situ. Satu dari Albania, ada lagi dari
Somalia (atau Nigeria, intinya sebangsa itu) namanya Fatma. Temen
Albania tadi namanya Sijina (entah gimana nulis yang bener wkwk),
intinya ia wajahnya Turkish banget, tapi ternyata bukan. Ia fasih
bahasa Turki karena ia sempat belajar saat di setingkat SMA dulu. Turki
punya perwakilan khusus, lembaga yang mengajarkan bahasa di banyak
negara dunia.
Kesan
saya saat berada di sana ialah, mereka sangat lembut. Rapi, solid, dan
santun. Mereka, meski sesama putri tetap memakai penutup kepala, kecuali
satu dari mereka. Pkaiannya khas mahasiswi luar negeri yang sering saya
temui di film-film Eropa. Ruang tamunya sebesar aula KSW, hehe. Luas,
bersih, teratur dan terlihat kalau penghuninya disiplin.
Kami
sarapan bersama, sambil ngobrol ringan. Seusai sarapan pun, masih kami
lanjutkan (dasar cewek wkwk). Ia cerita kalau Dr. Sonia mengirim pesan,
menanyakan kabar, dan kangen intinya. Hehe, saya tau bagaimana hubungan
keduanya, sangat dekat. Kami saling tukar cerita, meski sering kali saya
dibuli karena jarang masuk kuliah. Masalah aja, katanya. :v
Akhirnya, makasih yang terdalam, Kautsar.
Moga-moga sukses selalu menyertai kita. Aamiin.
Sarapan tadi, meski saya lagi makan sedikit, bahagia masih banyak tersisa. Hehehe.
*di 11.58 waktu Kairo, selepas hunting buku di Syari' Mu'izz.