Monday 16 July 2018

Permisif

Baiklah, aku sudah terlampau lama tidak menulis di sini.

Sejak awal bulan Juli ini, ada banyak sekali kegiatan yang harus kuikuti. Mengapa harus? Sebab, sederet kesibukan itu bukan tanpa alasan. Ada komitmen yang mesti membuatku terikat, sehingga dengan itu sangat bisa diketahui, seberapa kuatkah komitmen kita atas sesuatu. Atau sebaliknya, seberapa lalai dan lemah kita dalam menghadapi jalan hidup semacam itu.

Seberapa sibuk sih? Entah. Tapi intinya, saat itu aku merasa jadi orang paling sibuk sedunia rumah. Siang, jelas di luar. Pulang malem, paling cepet sore hari menjelang maghrib. Khusus hari Senin dan Kamis, sorenya, jam 8 malam harus ke Rumah Syariah, belajar bareng anak-anak baru, sampe jam 10. Jadi kalo Kamis, pagi sampe sore di SMW. Bakda asharnya, ada jadwal di ruwaq Azhar. Ini masih tanda tanya si sebenernya, sebab kalo kelas itu sering kali kita molor. Ngga tepat waktu. Jadi, rawan terlewat jadwal ngaji di sore harinya. Pulang, langsung mandi, siap-siap ke Rumah Syariah. Heuhe.

Entah, dengan segala ke-kemrungsung-an ini, aku merasa ada yang hilang dari aku dulu. Hatiku tetap kering. Ternyata benar, berkawan dengan banyak teman tak cukup membuat hatimu tenang. Terlalu sibuk bersosialisasi, sehingga lupa sekadar introspeksi diri. Terlalu sering keluar, hingga tak ada waktu untuk berkelakar di kamar dan belajar. 

Empat hari di awal bulan lalu, aku mengedit buletin Bedug, berturut-turut. Setelah itu, masuk di kelas SMW. Kelas Opini Bedug, rutinan Jumat; Kelas Ilmu Kalam, ditambah ngaji di ruwaq ilmu-ilmu syariat di Masjid al-Azhar. Yaa, ngga selalu di masjid sih, ada beberapa yang mesti di ruang kuliah Fakultas Ushuluddin, fakultas kesayangan.

Pada akhirnya, aku mensyukuri bahwa Allah masih memberikanku umur hingga hari ini, sehingga bisa melihat apa yang selama ini aku lakukan. Termasuk kemarin, saat aku merasa bosan, tak bisa mengatur nutrisi untuk diri sendiri, merasa banyak waktu terbuang di luar bersama kawan, aku merajuk. Pengen rasanya, sekali saja di rumah pada siang hari. Lagi-lagi, waktunya tidak pas. Saat itu waktu evaluasi buletin edisi 23 dan aku tidak menghadirinya. Aku menyesal. Awalnya, aku merasa boleh-boleh saja. Namun setelah dirasa, tak elok juga. 

Merasa boleh, ialah saat dimana keterjagaan komitmen kita diuji. Aku gagal saat ujian komitemn kemarin. Aku mengiyakan kepenatanku butuh waktu sejenak untuk sendiri, menjauh dari keriuhan orang-orang di sana. Semua kesibukan yang pada awalnya mampu kujaga dengan baik, pada akhirnya buyar begitu saja saat aku permisif terhadap diri sendiri. 

Pagi menjelang siang, Kairo, 17 Juli 2018 08.29 AM.

No comments:

Post a Comment

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...