Friday 27 July 2018

Sibuk

Beberapa saat lalu sempat dibuat badmood sebab wifi lagi mutung. Ala kulli haal alhamdulillah..

Sejak awal bulan ini, aku merasakan kurangnya waktu untuk diri sendiri. Senat, Bedug, kajian, talaqqi, sekolah menulis, kelas opini, hingga kegiatan rutinan seminggu sekali memenuhi jadwal harianku. Semua ini membuatku cukup mengerti, bahwa semakin dewasa, amanah dan keputusan yang diambil mestinya semakin bijak. 

Aku sampai lupa. Kemarin, rasanya ada banyak hal yang pengen kutulis. Sayangnya, di malam hari, sering aku tak kuasa untuk membuka laptop, menukiskannya di sini. Selain lelah, wifi juga sama sekali tak mendukung. Yang kedua ini, jauh lebih menyakitkan daripada lainnya. Sama bayar, koneksi tetap lambat. 

Yasudah. Yang terkini ialah hasil ujian. Ada banyak kegiatan yang menguras tenaga, namun semuanya entah untuk apa. Kadang hati menghendaki, sudah mengaji saja. Bekal untuk pulang ke rumah. Kesibukanmu selain mengaji itu kurang guna. Iya, di satu sisi, aku membenarkannya. Namun di sisi lain, aku berpikir: kenyataan bahwa aku hidup di zaman entah ini, aku mesti berjalan mengiringi tabiat zaman di mana dan kapan aku berada. Zaman yang, ketika kita hanya berkutat dengan tradisi semacam mengaji kitab kuning, menghafal matan, dan sejenisnya, aku merasa, kita akan selamanya hidup dengan diri sendiri, jika terus seperti itu. 

Zaman ini, menuntut aku setidaknya, atau kita, untuk bisa menghidupi masa. Aku tidak berpikir bahwa yang khusyuk mengaji, tidak akan bisa mengimbangi tuntutan zaman. Tidak pupa menjamin bahwa yang sibuk dengan segala macam kesibukannya, akan melenggang dan mempunyai otoritas untuk mengiringi zaman. Barangkali, ketika keduanya sejalan, inilah yang menurutku cara paling ideal untuk bisa hidup di zaman seperti sekarang. Mengaji, namun juga bisa bersosialisasi. 

Kembali ke hasil ujian (natijah). 
Alhamdulillah, alhamdulillah.. Sebenarnya aku bingung mesti berekspresi macam apa. Allah selalu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Natijah tahun ini, membuktikan separuh awal dari kata bijak "bil imtihān yukramu al-mar'u aw yuhān".

Berkat doa dari banyak pihak; mama, bapak, guru, teman, kerabat, dan yang aku tahu siapa itu, alhamdulillah, pihak kantor administrasi menuliskan bahwa aku meraih predikat istimewa. 

Tentunya, ini menjadi sebuah alarm tersendiri bagiku. Pertama, bahwa, apapun yang kita lakukan, mesti dilandasi dengan niat yang baik. Meski masalah niat tak bisa dilihat ketika di dalam hati, namun bisa dilihat pada apa yang dilakukan di luar hati. 

Kedua, bahwa, Allah Maha Segala-galanya. Bisa membuat haru siapapun yang berprasangka di luar kehendak-Nya. 

Selama kuliah kemarin, aku jarang sekali masuk kelas. Aku selalu lebih sibuk di luar kampus, daripada duduk dan mendengar model ceramah yabg disampaikan para dosen. Kecuali satu, mata kuliah Tauhid, aku tak pernah benar-benar tertarik mengikuti kegiatan di kelas. 

Ini barangkali hal yang kurang baik. Namun, dengan segala macam kesibukan di luar kampus, aku ditampar, atas banyak kekhawatiran kemarin bahwa jika niatmu lurus, Allah yang akan mengurus segala perkaramu. Jika kita sepenuh hati khidmah di jalan-Nya, Allah akan selalu menunjukkan taufik menuju pintu-Nya. 

Kadang kala aku merasa belum berhak. Aku berpikir bahwa ini ujian dari-Nya. Justru ketika aku telah sampai di tahap ini, aku merasa semakin berat memikul amanah sebagai seorang pelajar yang kata orang, sibuk, organisasi, ada di mana-mana, tapi akademik tetap keren. Aku semakin membutuhkan rahmat-Nya agar bisa mempertahankan dan meningkatkan terus, apa yang telah aku capai di tahun sebelumnya. 

Meski tahun ini cukup banyak yang mendapat predikat itu, aku bersyukur, sebab Allah memberi kesempatan untuk ada di barisan mereka, yang notabene aktif kuliah. Ini secara hasil akhir. Di sisi lainnya, Allah izinkan aku untuk turut aktif di beberapa organisasi dan komunitas belajar yang, pada akhirnya, aku tak ketinggalan jauh sekali dari mereka pula. 

Allah.. Sebanyak apapun aku bersyukur, tetaplah itu hanya setitik, sedikit. 

Darrasa, 28 Juli 2018. 
Semoga rumah ini menjadi satu-satunya tempat aku kembali, selama di sini. 

No comments:

Post a Comment

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...