Friday 8 September 2017

Romansa Alexandria; Cerita Bedug, Aku dan Mereka

Tak terkira, liburan kemarin akan membekas seperti ini.


Bedug goes to Alexandria on Tuesday until Thursday, 5-7th September 2017.
Senang sekali rasanya, liburan kali ini penuh warna. Sebelumnya, aku belum benar-benar tahu mereka seperti apa. Namun benar bahwa dengan bepergian, kita akan tahu kepribadian seseorang; emosional, watak-karakter, dan lain sebagainya. Apa ya, entah mengapa selama dua tahun di Mesir, rasanya yag bener-bener liburan ya, hanya liburan kali ini. Bareng Bedug ke Alexandria ternyata jadi satu momen terindah selama di Negeri Kinanah. Dan kali ini, aku bener-bener kangen kalian. Woah! Baru semalam kita berpisah setelah empat jam menikmati malam bersama, satu gerbong yang sangat hangat meski harus bersedekap menahan dinginnya AC, mukayyaf darajah tsaniyah. 

Sampai di Kairo sekitar jam satu dini hari, kita bertujuh belas berpisah menjadi dua kelompok, Asyir dan Darrasa, menuju kediaman masing-masing. Sebelumnya, aku tertidur di kereta, entah berapa jam. Ketika bangun, kereta tengah melambat karena stasiun tujuan telah dekat. Kairo, kita telah kembali ke kota tempat kami tinggal, ibukota Mesir. Ini artinya, kami mesti kembali melaksanakan rutinitas sebagaimana biasa; ngaji, kajian, ngejar deadline, belajar bareng, kuliah, rapat, membuat laporan kerja, dan seabrek kegiatan yang --kami merasa-- inilah yang kami anggap perlu. Meski, tetap ada keyakinan kuat dalam diri ini bahwa, yang akan benar-benar manfaat bagi keselamatan diri adalah: ngaji. Ya Tuhan, mata kami masih terlalu hijau dalam indahnya dunia, semoga Engkau mengampuni kami--saya khususnya.

Sebelumnya juga, temen-temen Bedug bener-bener udah idkhaalus suruur, terutama ke aku. Sepanjang dua hari kemarin, rasanya aku tak berhenti tertawa. Dan bahkan sampai kini aku mengingat mereka, aku rasa dua hari kemarin ialah momen di mana aku benar-benar merasa bahagia. Ya Tuhan, ternyata aku benar-benar bahagia, bersama mereka. 

Rasanya, aku sangat menyayangi mereka, semenjak itu. Ah mungkin tidak, aku hanya akan merugi jika tidak menyayangi mereka. Ternyata mereka benar-benar tulus dalam menjalin persahabatan ini. Meski mereka satu tahun di bawah angkatanku, namun ada kedewasaan, jalinan yang kuat antarsesama, saling menyayangi, saling berbagi dan sangat solid. Aku merasa lebih lengkap ketika ada bersama mereka. Tak sadar, aku hafal setiap ekspresi tertawa mereka, dan itu terekam begitu saja. Setiap senyuman, tingkah unik dan khasnya mereka, aku tersenyum sendiri ketika mengingatnya. 

Tentu, di balik segaala keceriaan itu, ada beberapa di antara kami yang harus merelakan sesuatu untuk libur bersama ke Alexandria. Termasuk diriku, aku telah kehilangan satu kesempatan yang lumayan prestise untuk kuikuti. Awalnya memang sangat berat untuk kuinggalkan, apalagi sengaja. Dengan bahan yang sudah dipersiapkan (tinggal eksekusi), aku harus membiarkan bahan itu mentah, tak kusentuh lebih jauh. Diniatkan untuk ngancani mereka, semoga aku dapat kesempatan lain dengan kesiapan yang lebih matang. Karena mungkin saat ini, daku belum benar-benar siap, di samping bahwa ternyata akan sebahagia seperti kemarin. Terima kasih, Allah, terima kasih.

Sepulang dari Alexandria, seabrek kewajiban menunggu untuk ditunaikan. Kali ini ada sesuatu yang tertinggal di sana; sesuatu yang baru, belum pernah ada yang mampu menghadirkan ini sebelumnya. Sebuah kenangan sangat berarti yang mampu menggantikan satu kesempatan itu... Tak apalah, aku telah membuat keputusan dan, ternyata diridai oleh-Nya, insya Allah.

Lisan ini tak pandai merekam setiap detail kenangan. Terlalu banyak, atau mungkin kata-kata terlalu miskin untuk membahasakannya. Intinya, liburan bersama mereka ialah satu momen yang sangat berarti, sepanjang hidup ini. Semoga kalian sehat senantiasa. Semoga keceriaan kalian, aku terus bisa menikmatinya.

Dengan ini, aku sangat bersyukur bisa ada bersama mereka, sekumpulan orang-orang unik nan solid, sekumpulan mahasiswa yang punya optimisme untuk mampu bersaing di kehidupan modern; sebuah tekad untuk modern secara pemikiran, gaya hidup, jati diri yang mengarah pada ranah positif nan progresif. Kekompakan kalian, sungguh aku apresiasi sedalam-dalamnya. Semenjak kini, Alexandria punya ruh tersendiri: bukan sekadar ziarah, Montaza, Mediterania, Qaitbay, namun ada kebersamaan hangat nan indah, seindah senja pukul enam Laut Mediterania. Actually, its unforgettable moment!

Terima kasih, Kawan!
Sampai di pertemuan selanjutnya dengan jiwa dan pemikiran seindah momen kita di Alexandria.

Darrasa, Jumat, 8 September 2017 di pukul 02.55 PM.
Saat terkenang kalian, dalam payahnya kondisi yang belum memungkinkan untuk kembali ke rutinitas. Ini juga bolos belajar rutinan Jumat--memang benar kata kalian: harus sering olahraga biar sehat. Tapi btw, jangan dikomen EYD ya, mood-nya lagi seperti ini. :p

Terima kasih. Salam hangat, sehangat Alexandria, kemarin sore. :) 


No comments:

Post a Comment

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...