Thursday 11 August 2016

Tentang Hamidatul Hasanah


Nama lengkapnya Hamidatul Hasanah. Ia kelahiran Cilacap, 6 Desember 1996. Tumbuh dan berkembang di keluarga yang sederhana dan harmonis. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Ahmad Sodali, seorang petani desa yang kebetulan diamanahi untuk menghidupkan musholla desa, tepat di depan rumahnya. Kesehariannya sangat sederhana. Beliau  juga sangat menjaga tradisi kejawen. Kegiatan kesehariannya selalu dimulai dengan nderes al-Quran, setelah itu muthola'ah kitab sebentar. Setelah dirasa cukup, beliau akan segera bersiap ke ladang maupun kebun. Biasanya, beliau meminta bantuan seseorang untuk membantu mengolah ladang yang kemudian diganti dengan upah yang disepakati kedua pihak. Dengan begitu, beliau bisa mengurus kebun sayurnya yang tak jauh dari rumah dengan Sang Istri tercinta, ibu Khamsiyah. 
Sang Ibu, Khamsiyah, merupakan ibu yang sangat sayang dengan anak-anaknya. Sentuhan dan pelukannya merupakan pelipur lara yang tak ada duanya. Beliau juga ahli memasak. Bahkan, satu desa tak ada yang bisa menandingi masakan ibu. Terlalu sulit mencari duanya, hehe. Ini juga yang kadang membuat Hamida kangen di sini. Jauh dari pelukan, apalagi masakan Sang Maestro di rumah, hehe. 
foto lebaran 2016. Bapak berkoko hijau, tengah. 
Perjalanan panjang telah merangkai tapak kehidupan Hamida. Berawal dari masa kecil yang bahagia, meski agak bandel (karena ngaji dipegang oleh Ayah dan kakak perempuannya, jadi ia merasa berbangga dan kadang suka meremehkan). Namun, keuletannya dalam belajar akhirnya mengantarkan kakinya untuk berpijak di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, pada tahun 2011 silam. Padahal, impian masa kecilnya dulu ialah nyantri di pesantren-pesantren besar di Jawa Timur, seperti Lirboyo, Tebu Ireng maupun Ploso. Ia ingin seperti saudara-saudaranya yang berhasil nyantri di pesantren salaf. Namun, Tuhan berkehendak lain; menitipkannya di Krapyak yang merupakan sebuah perjalanan yang sangat berarti baginya. Hingga, pada 27 Agustus 2015 lalu, ia bertolak ke Kairo guna menimba ilmu lebih dalam lagi. Sebelumnya, ia belajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berkonsentrasi di bidang Kimia Pendidikan, senada dengan program sains yang diambilnya ketika belajar di MA Ali Maksum Krapyak, Yogya. 
Kini, terlepas dari perjalanan masa lalu, Hamida hanyalah seorang kecil yang sedang mencari mutiara indah di antara bebatuan pantai. Bayangan orang-orang tercinta; Bapak, Ibu, kakak, membuatnya gigih berjuang meraih impian. Ia percaya bahwa kelak, ia akan menjadi orang hebat. Tuhan mendengar setiap butir doa yang mengangkasa darinya, dari keluarga, serta mereka yang tulus menyebut namanya dalam setiap doa. 

Hamidatul Hasanah,
Kairo, 8/11/2016 pukul 11.54 PM CLT.
*dalam rindu pangkuan lembut Ibu, bully-an kakak, dan wejangan Bapak. :) 
  semoga Allah senantiasa menjaga kalian.

No comments:

Post a Comment

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...