Tuesday 30 August 2016

Sepucuk Rindu untuk Markaz-ku

15 Juni kini menjadi sesuatu yang tak biasa bagiku. Padanya, tersimpan banyak kenangan indah selama setahun ke belakang. Meski bukan tepat setahun, hanya sekitar sembilan bulan aja, sih. Yah, tanggal itu merupakan tanggal perpisahan kami dari markaz Syekh Zayed. Sedih, sangat. Bahkan, hingga seminggu awal setelah lulus dari sana, kadang mata sampai berair, padahal hanya kejadian sederhana dalam mimpi. Saking kangennya, hehe. 
Mungkin, hanya aku yang merasakan hal seperti itu. Iya, memang aku selalu mendapati hal-hal yang tidak didapat orang lain. Atau, mungkin mendapati hal yang sama, namun dengan bentuk dan cara yang berbeda. Cara yang lebih indah dari apa yang mereka, teman-temanku rasakan. Pede aja gitu.
Entah mengapa, sampai saat ini, dua bulan tak belajar di sana, ingatan tentang markaz masih menggelayang di pikiran. Ta'stiir sama ta'attsur-nya terasa sekali. Dari cara belajarnya, cara ustadzah mengajar, cara kita berkelompok, suasana kelas, hingga kekerabatan dengan ustadzah. Mungkin, di antara yang lain, yang terakhir inilah yang paling berkesan mendalam bagiku. 
Salah satu tulisan ustadzahku tercinta, terfavorit satu markaz, usth. Marwa Ali. Yahfadhuhaa Allaahu.
Ustadzah, satu kata yang kini menjadi sebuah wacana, bagiku. Ia mengalami pergeseran makna, tepatnya mulai saat aku di pesantren yang akhirnya tiba di sini, hingga makna tentangnya, gambaran tentangnya, serta image tentangnya berubah, bukan lagi seperti apa yang aku pahami dulu. Lagi-lagi karena markaz.
Aaaa rasanya sulit sekali mengungkapkan cerita. Sebenarnya saya nggak pinter cerita, apa lagi tertulis gini. Saya hanya sedang berusaha menutupi kerinduan dengan coretan-coretan, dengan harapan rindu itu sedikit terobati. Atau setidaknya, aku bisa membuat coretan singkat saat aku merindu markaz, atau paling tidak ada teman yang sempat membaca tulisan ini hingga ia turut merasakan apa yang kurasa. Tentang keindahan di sana, kebersamaan, kasih sayang dan lain sebagainya yang tak akan bisa ditemukan di lain tempat, lain kesempatan. Atau paling tidak, coretan ini bisa aku kenang di kemudian hari, sebagai pelipur sesak kangen di hati.
Markaz..oh Markaz. Bagaimana aku harus menyifatimu?
Ustadzah.. beliau-beliau sangat kuhormati, saangat kusayangi. Apa yang aku bilang di depan, bahwa apa yang saya temui berbeda dengan teman-teman mungkin bisa dibenarkan. Yah, setidaknya hanya diri ni yang membenarkan. Iya, lha wong memang hanya saya yang merasakan. He.
Rasanya, kedekatan dengan ustadzah merupakan akar dari semuanya. Akar dari proses dan pembelajaran setelahnya. Hingga pada beberapa utaran pemikiran, saya kemudian menyadari bahwa apa yang saya katakan ialah apa yang ditekankan dengan sangat oleh ustadzah. Terdoktrin rasanya.
Istimewanya markaz mengambil separuh hatiku. Darinya, aku tahu apa itu bahasa Arab, dalam konteks yang berbeda dari apa yang kupelajari selama ini. Meski dulu di jurusan sains, namun saya pecinta bahasa Arab, lho. Berkahnya mungkin dengan kecintaan itu Allah mengirim saya belajar di ladang aslinya. Alhamdulillah.
Beliau-beliau yang mengajar di sana merupakan orang-orang yang ikhlas, penuh kasih sayang, mempunyai semangat yang tinggi, disiplin, kuat luar biasa, dan selalu menginspirasi. Beliau para pendidik yang hebat. Beliau tidak hanya mengajar, namun mendidik dengan sepenuh hati mengabdikan diri untuk umat. 

Beliau yang paling ngangeni, usth. Marwa Ali. 

Hmm. Saking indahnya, saya belum bisa menuliskannya dengan rangkaian kata. Terlalu indah. Terlalu bersejarah. Sama halnya dengan terasa terlalu cepat berlalu. Semua terlalu kecil untuk mewakili syukur pernah meneguk sereguk gelas dari oase al-Azhar. 
Intinya, kangen ustadzah. Kangeen pengen ketemu. Kangen pelukan, tawa dan cengkerama itu.
Sesederhana itu, rinduku padamu, Markaz-ku. 
Wahesytniii awiii. 
Lupa abis ngapain. Intinya liat foto ini jadi inget saat-saat tertawa di kelas bareng ustadzah Samar. Biasa.. karena kak Pile dkk. Wkwk


Edisi kangen markaz lughah. Mungkin karena lama nggak chat juga sama ustadzah. La khabar wa la gambar. He. 
Semoga Allah senantiasa melindungi panjenengan sedoyo, guru-guruku..

Kairo, Rabu, 31/8/16 pukul 3.51 AM CLT.

No comments:

Post a Comment

Bapak telah Memilih

 24 Februari 2023 Hari ini, tepat sebulan aku berada di Bangkok. Aku dan suami berangkat ke Thailand 24 Januari lalu. Sebelumnya, 18 Januari...